Sedsri kecil aku selalu ingin menjadi dokter, menurutku dokter adalah profesi yang sangat mulia, membantu orang lain yang bahkan tidak ia kenal, dan menurutku sangat hebat bisa mendiagnosis suatu penyakit dari sekian banyaknya penyakit yang ada di dunia ini.
“Tidak usah jadi dokter lah dek, lama. Kamu kan perempuan lebih baik cari mata kuliah yang selesainya normal saja seperti yang lain 3,5 tahun, kamu tidak mau coba teknik?” Begitulah kira-kira kata orang tuaku ketika aku mengatakn niatku untuk masuk Fakultas Kedokteran
Ah, padahal aku ingin jadi neurologist. Atau yang biasanya lebih dikenal sebagai spesialis saraf. Bukankah saraf menarik? Tanpa saraf, siapa yang akan menyampaikan perintah dari otak atau sumsum tulang belakang untuk menggerakan anggota tubuh atau memberikan perintah-perintah lainnya?
Akhirnya, karena orang tuaku yang berkata demikian, aku mengubur impian itu dalam-dalam. Dan akhirnya entah mengapa aku jadi sangat malas belajar, sering majn hp dikelas, tidur, dirumah ogah-ogahan mengerjakan tugas, semua ini hanya karena orang tuaku tidak menyetujui aku untuk masuk fakultas kedokteran.
“Ayolah, sejak kapan kamu begini? Cuma karena kamu tidak bisa jadi dokter yang benar saja, memangny profesi cuma dokter saja?” Kataku pada diriku sendiri. “Ya ada benarnya juga sih, rumahku jauh dari sekolah sehingga bukannya sia-sia tenaga dan waktu namanya kalau aku seperti itu? memangnya tidak kasihan sama orang tua? Terutama sama dirimu sendiri?” Begitulah kira-kira perdebatan yang terjadi di otakku.
Akhirmya akupun memutuskan untuk saat ini di sman 68, aku harus belajar rajin, tidak penting aku dapat snmptn, sbmptn, atau jalur mandiri, yang penting aku mengerti semua materi yang lernah diajarkan di sman 68 sehingga waktuku selama 3 tahun tidak sia-sia, dan tidak lupa juga disertai dengan berdoa kepada Allah SWT dan juga tentu mencari-cari lagi kira-kira fakultas apa yang bisa membuat aku tertarik seperti fakultas kedokteran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar